Pada jaman sekarang ini, kita jangan sampai anti teknologi, bagaimana saja kita menyikapinya. Yang penting, tetap berpegang teguh pada pedoman SALAAFUSH SHOLIIH.
Mengikuti DIKLAT PAI INPRES Pola-2 se-Jatim
Diklat ini diadakan di Batu, tepatnya Bulan Oktober 2010
Mendidik Siswa SMK NU Sunan Giri
Pada saat KBM Mata Pelajaran Tune Up Engine ketika praktik pada Mesin Toyota 6K menggunakan Engine Analyzer.
Asesor Uji Kompetensi Nasional SMK
Menjadi Asesor kadang dibutuhkan keseriusan yang amat sangat. Ya,, jadinya pada foto terlihat agak streng. hehehe...
Mengajar dengan Senyum
Mengajar dengan sebuah senyuman itu sangat penting.
Perjalanan kali ini sungguh menyenangkan, tujuan utama adalah Pantai Balekambang di pesisir selatan kota Malang. Berangkat dari Surabaya sekitar jam 11 malam, langsung tancap gas ditemani cuaca yang sangat bersahabat.
Tiba di Malang jam setengah satu malam, sembari sedikit mengganggu yg punya rumah (bro Asrul Tsani) dikarenakan sebelumnya udah janjian untuk mampir mengambil hasil pesanan rompi s2w yang baru. Bro Asrul ini orangnya cukup ramah, bahkan beliau rela meluangkan waktu tidurnya untuk menunggu kedatangan kami. Setelah menerima hasil pesanan rompi, kami sempatkan untuk foto bersama. Tidak lama kemudian kami langsung berpamitan, karena waktu udah cukup larut dan melanjutkan perjalanan ke kota Tumpang.
Perjalanan ke kota Tumpang, kami tempuh sekitar setengah jam dari kawasan kota lama. Sesampainya disana kami berhenti di depan pasar tumpang sembari menunggu bro Aripin sang empunya rumah yang akan kami singgahi untuk beristirahat. Tiba di kediaman beliau, kami langsung beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan pagi harinya.
Sekitar jam 7 pagi, kamipun bersiap untuk melanjutkan perjalanan setelah sebelumnya mengisi perut karena cuaca yang cukup dingin membuat kami menjadi mudah lapar, hehehe…! Tepat pukul 8, perjalanan dilanjutkan dengan tambahan 2 personil (bro aripin dan adiknya). Perjalanan menuju balekambang via tumpang-wajak-kepanjen-pagak-bantur dilalui dengan kecepatan rendah, mengingat padatnya aktifitas warga di minggu pagi.
Memasuki trek di bantur, jalan yang dilalui semakin menyempit sehingga hanya cukup untuk satu mobil. Selama perjalanan tak jarang kami melihat mobil terjebak track yang berlumpur disisi jalan dikarenakan harus mengalah karena berpapasan dengan kendaraan dari arah sebaliknya. Semakin kedalam jalanan semakin rusak sehingga membuat kami harus berhati-hati. Banyak tanjakan, turunan bahkan belokan curam yang sangat berbahaya.
Sehabis melalui track yg cukup memacu adrenalin tersebut, sampailah kami di pos loket balekambang. Setelah sebelumnya hendak mampir ke Pantai Kondang Merak namun dibatalkan karena waktu yg tidak mencukupi. Setelah membayar tiket masuk, kami mulai berjalan menyusuri garis pantai dan subhanalloh pantai ini tetap seindah seperti 4 tahun yang lalu terakhir kunjungan saya.
Kebetulan kami datang pada hari libur, jadi wajar saja suasana agak sedikit ramai. Banyak keluarga dan muda mudi yang berkunjung kesini, dikarenakan tempat wisata ini mirip dengan tanah lot di Bali, namun memiliki pantai berair jernih berwarna biru dan berpasir putih, sehingga cocok untuk bermain air. Namun harap berhati-hati juga, karena ombak di pantai ini cukup berbahaya. Pantai ini juga memiliki 3 buah pulau karang, namun satu diantaranya tidak bisa untuk dikunjungi dikarenakan akses jalannya rusak.
Di salah satu pulau tersebut terdapat sebuah pura yang membuatnya terlihat mirip dengan tanah lot di bali. Fasilitas di pantai ini terbilang cukup baik namun kurang maksimal dikarenakan perawatannya yang kurang baik. Warung makan, musholla, kios cinderamata dan mck juga tersedia disini.
Suasana panasnya pantai tertutupi dengan rindangnya pepohonan yang ada. Semilirnya angin yang sepoi membuat suasana semakin hangat ditemani dengan obrolan dan canda tawa diantara kami. Sebagian dari kami ada yang bermain pasir, berenang, beristirahat, maupun berjalan menjelajahi pantai yang eksotis ini.
Setelah puas bermain dan menjelajah, kamipun dengan berat harus meninggalkan semua keindahan di tempat ini dan bersiap untuk melanjutkan perjalanan pulang ke surabaya. Sekitar pukul 3 sore kamipun mulai menjalankan motor kembali ke Surabaya, dan lagi-lagi ditemani cuaca yang sangat bersahabat
Piket Nol merupakan puncak tertinggi di jalan jurusan Lumajang – Malang melewati jalur selatan dengan melewati daerah pegunungan di lereng selatan Gunung Semeru, jalan yang berkelok-kelok menembus kelebatan hutan tropis yang masih alami dapat kita jumpai jika melewati jalan ini. Dari puncak, kita dapat menikmati pemandangan pantai selatan, Puncak Mahameru dan Kota Lumajang. Piket Nol sendiri secara geografis berada di jalan lintas selatan Jawa Timur antara Lumajang – Malang, sekitar 30 kilometer sebelah barat Kota Lumajang.
Piket Nol
Menurut masyarakat sekitar, tempat itu dinamakan Piket Nol karena pada zaman penjajahan Belanda, ada pos pemeriksaan kendaraan pengangkut hasil bumi dan hutan di tempat itu. Muatan kendaraan diperiksa dan ditarik retribusi. Namun, setiap kali ada pemeriksaan oleh pejabat Pemerintah Belanda, petugas piket jaga di pos itu tidak pernah ada. Maka, muncul sebutan Piket Nol. Di sebuah puncak bukit, terdapat titik tertinggi di jalur jalan ini yang dinamakan Piket Nol. Di sana ada sejumlah pondok bambu untuk beristirahat. Dari hutan wisata di atas bukit ini, tersaji pemandangan bentang alam kawasan Pantai Selatan dan Puncak Mahameru yang gagah di utara.
Berangkat pada Malam Natal Jumat tanggal 25 Desember 2009 pukul 03.00 dini hari, Team Suzuki 2 Wheels Surabaya (Team S2W red) yang beranggotakan Cahyo, Abim, Gleam, Damar, Thomas, Mad Helosh, Ani dan Mas Abi, Fajar Vandessi beserta istri, Ferry dan Mbak Tri, Ferdi dan Harry berkumpul di Dunkin Donuts Jl. Ahmad Yani Surabaya. Dengan mengendarai 9 sepeda motor, Team S2W bergerak meninggalkan Kota Pahlawan Surabaya menuju arah Kota Sidoarjo dan sekitar 45 menit perjalanan Team S2W telah sampai di Jalan Raya Porong yang berbatasan langsung dengan tepi Tanggul Danau Lumpur Raksasa Lapindo, perjalanan-pun dilanjutkan dengan menyusuri Jalan Raya Porong yang membentang sepanjang Tanggul Danau Lumpur, sampai pada akhirnya laju sepeda motor terhenti akibat kepadatan aktivitas Pasar Porong di pagi hari. Setelah melewati kepadatan lalu lintas Pasar Porong, Team S2W memacu sepeda motor ke arah selatan dan melintasi Jembatan Kali Porong dan belok kiri ke arah timur menuju kota Pasuruan. Dan tepatnya di viaduk Gempol, nampak seorang Skywaver yang telah menunggu kedatangan Team S2W. Bro Eka namanya, dari SOC (Skywave Owner Club Surabaya) yang berkeinginan untuk turut bergabung touring bersama S2W Surabaya kali ini.
Perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri Jalan Raya Gempol menuju Kota Pasuruan, udara pagi yang segar dan tidak adanya kepadatan lalu lintas kendaraan membuat perjalanan terasa menyenangkan. Tidak kurang dari 30 menit Team S2W telah sampai di Kota Bangil Pasuruan, sepeda motor terus dipacu ke arah timur kota. Kurang lebih 10 menit perjalanan, Team S2W telah keluar dari Kota Bangil dan sampai di Jalan Raya Raci Pasuruan. Di Jalan Raya Raci Pasuruan ini badan jalannya sangat lebar ditambah lampu penerangan jalan yang cukup memadai, jalan ini merupakan jalan propinsi yang menghubungkan Surabaya dengan kota – kota lain di Jawa Timur Bagian Timur.
Melintasi Jalan Raya Raci Pasuruan selama kurang lebih 15 Menit, Team S2W sampai di Daerah Kraton yang merupakan Pintu Masuk Kota Pasuruan. Disana Bro Lukman sudah menunggu dari semalam….katanya! hehehehe piss bro…Sepeda motor pun diarahkan ke Masjid Pondok Pesantren yang lokasinya tidak jauh dari daerah Kraton untuk menunaikan Sholat Subuh.
Setelah selesai Sholat Shubuh berjamaah, perjalanan pun dilanjutkan ke arah timur menuju Kota Pasuruan. Melintasi kota Pasuruan di pagi hari yang masih sunyi dan sepi, dikarenakan volume kendaraan masih belum terlalu padat. Terus menuju ke arah timur Kota Pasuruan, perjalananpun dilanjutkan melewati areal persawahan, pondok pesantren dan pabrik – pabrik yang banyak ditemukan di jalan raya Pasuruan Probolinggo. Setelah kurang lebih selama 2 jam perjalanan, akhirnya Team S2W sampai di Kota Probolinggo dan perut sudah mulai terasa keroncongan minta sarapan.
Di Kota Probolinggo
Walhasil sarapan pun terpaksa ditunda, karena Team S2W rencananya mau mencicipi rawon empal enak di daerah Ranuyoso Lumajang (info dari Cak Mad Helosh). Team S2W pun segera tancap gas menuju arah Lumajang yang jaraknya sekitar 40 Km arah Selatan Kota Probolinggo. Perjalanan menuju Lumajang cukup menarik, selain hamparan pemandangan sawah yang cukup bagus seperti permadani hijau, nampak juga deretan perbukitan dan pegunungan Bromo Tengger Semeru dikejauhan dan yang lebih penting lagi cuaca cerah dan suhu udara sangat sejuk. Beberapa kali rombongan Team S2W terhenti karena adanya Pasar Pagi Dadakan (Pasar Tradisional) di Jalan Raya Probolinggo – Lumajang (hehehehe demen banget transaksi di jalan raya)… Setelah kurang lebih 1 jam perjalanan akhirnya Team S2W sampai di daerah Ranuyoso yang merupakan Pusat Penjualan Pisang Tanduk Khas Lumajang. Daerah Ranuyoso sebenarnya adalah daerah perbukitan yang kaya akan sayur mayur dan buah – buahan. Sepanjang jalan di daerah Ranuyoso penuh dengan penjual sayuran, buah – buahan dan hasil bumi lainnya. Akhirnya sampai juga kita di Warung Rawon Empal Ranuyoso, sarapan pagi Rawon Empal sambil melepas lelah setelah kurang lebih 4 jam riding. Menikmati sedapnya Rawon dengan empal bumbu plus kopi panas…hmmm nikmat banget!!
Sehabis sarapan, perjalanan dilanjutkan menuju Kota Lumajang. Team S2W rencananya akan disambut SMC Lumajang (Suzuki Motorcycle Club) di Pom Bensin pertama sebelum masuk kota Lumajang setelah sebelumnya sempat bertemu dengan rombongan KOSTER Jakarta yang baru pulang dari Lombok di pertigaan Lumajang – Jember. Setelah kurang lebih 30 menit perjalanan dari Ranuyoso akhirnya sampai juga di Kota Lumajang, dan mencari Pom Bensin sebagai lokasi penjemputan. Nah ketemu juga Pom Bensin paling besar di Kota Lumajang…take a rest dulu sambil santai santai menunggu jemputan. Setelah menunggu kurang lebih 15 menit, datang juga Sista Sulis dan Bro Nanang dari SMC Lumajang. Team S2W pun diundang untuk mampir ke Basecamp SMC Lumajang (tempat Bro Doni). Perjalanan memasuki kota Lumajang sekitar Pukul 09.15 dan kurang lebih 15 menit perjalanan, akhirnya Team S2W tiba di Basecamp SMC Lumajang. (Wah..ternyata kami benar – benar disambut dengan penuh kehangatan dan kami benar – benar dijamu oleh SMC Lumajang. Terimakasih Bro & Sist semoga Allah Swt membalas seluruh kebaikan – kebaikan anda semua…dan kami tunggu kehadirannya di Surabaya).
Dengan ditemani rekan2 dari SMC Lumajang, perjalanan dilanjutkan menuju obyek wisata Selokambang yang merupakan obyek wisata pemandian alam di Kota Lumajang. Bersepeda motor menuju arah Senduro dengan melewati area persawahan, perkampungan penduduk dan perkebunan sayur sangat menyegarkan. Udara dingin mulai terasa karena kita telah berada di daerah pegunungan, tampak dikejauhan gugusan bukit bukit dan lereng pegunungan Semeru terlihat hijau. Setelah kurang lebih 30 menit perjalanan samapailah Team S2W di obyek pemandian wisata Selokambang….tanpa babibu lagi…langsung nyemplung ke danau buat ngerendem pusaka…hahahaha. Banyak sekali permainan air di Selokambang ini, mulai dari Kolam Berenang, Sepeda Air, Kano dan Fasilitas Memancing. Di Selokambang ini sumber air berasal dari mata air asli pegunungan yang bersumber dari mata air yang memancar dibawah 2 buah pohon beringin besar yang lokasinya di sebelah barat Kolam. Air di Selokambang ini sangat sejuk dan segar dan diyakini dapat menyembuhkan segala macam penyakit.
Bersama SMC Lumajang dan Pak Agus S2W Paiton bersama Gaspol
Setelah puas bermain main di Selokambang, Team S2W segera bergegas menuju parkiran Sepeda Motor karena ditunggu Pakdhe Agus dari S2W Paiton di Tempat Parkir dan ngejar waktu buat Sholat Jumat. Setelah ketemuan dengan Pakdhe Agus S2W Paiton, perjalananpun dilanjutkan menuju Masjid terdekat untuk menunaikan ibadah Sholat Jumat dan break sejenak. Sementara itu, Pakdhe Agus dan rekan2-nya langsung melanjutkan perjalanan ke Bromo, begitupun dengan rekan2 dari SMC Lumajang yang juga undur diri dikarenakan akan ada hajatan di rumah salah satu anggotanya. Rencananya perjalanan menuju Homestay yang terletak di Kecamatan Candipuro Lumajang akan ditempuh setelah Sholat Jumat dan perkiraan jarak tempuhnya sekitar 20 km dengan prediksi 30 menit perjalanan.
Perjalanan menuju Candipuro dilanjutkan dengan melintasi jalanan aspal yang menanjak dan sesekali menurun serta melewati perkampungan penduduk dan kebun sayur. Pemandangan selama perjalanan cukup indah, kita bisa melihat hamparan kebun sayur dan perbukitan di arah utara dengan hutan pinusnya. Sesekali kita menyeberang jembatan dengan jurang yang sangat curam dan terlihat kelokan anak sungai di kejauhan. Benar – benar pemandangan yang sangat sukit dilukiskan keindahannya. Setelah kurang lebih riding selama 30 menit akhirnya sampai juga kita di Homestay Candipuro. Rencananya Team S2W akan berisitirahat semalam, dan keesokan harinya perjalanan akan dilanjutkan menuju Malang melalui Piket Nol pada pukul 02.00 dini hari.
Jembatan Kali Kobokan
Tanggal 26 Desember 2009, Pukul 04.00 setelah Sholat Subuh perjalanan dilanjutkan menuju Piket Nol, melintasi jalanan menanjak dan menembus lebatnya hutan tropis lereng Selatan Semeru dengan kondisi jalan yang basah berkelok-kelok serta menembus tebalnya kabut semeru di pagi hari menjadikan acara riding hari ini penuh dengan sensasi dan tantangan tersendiri. Ditambah lagi jalan yang sempit, sebelah selatan tebing dan sebelah utara jurang yang menganga benar benar meningkatkan adrenalin Team S2W. Jalan yang cukup licin sisa hujan semalam membuat Team S2W harus riding ekstra hati hati, karena begitu lengah sedikit maka kecelakaan fatal akan sangat mungkin terjadi. Kurang lebih 15-20 menit riding, Team S2W telah sampai di Jembatan Kali Kobokan yang terkenal itu. Break sekitar 30 menit sambil menikmati pemandangan bentang alam sungai lahar yang berkelok kelok tepat dibawah Jembatan Kali Kobokan. Alur sungai yang lebar dan dalam ini dilintasi Jembatan Kali Kobokan, yang lebih dikenal dengan nama Jembatan Gladak Perak oleh warga sekitar. Ada dua jembatan di sana, satu buatan Belanda yang sudah tidak digunakan lagi dan satu jembatan beton sepanjang 130 meter yang dibangun Pemerintah Indonesia pada tahun 2001.
Menurut mitos yang dipercaya masyarakat setempat, fondasi jembatan lama dibangun dengan tumbal gelang perak milik seorang penari ledek cantik sebagai penolak bala. Dari situlah muncul sebutan Gladak Perak atau Jembatan Perak. Dari arah Lumajang, di sisi kiri jalan terhampar pemandangan lembah sungai hingga laut selatan. Di sepanjang perjalanan, ada 15 pondok bambu yang menjajakan makanan dan minuman. Di sebuah puncak bukit, titik tertinggi di jalur jalan ini, terdapat tempat yang dinamakan Piket Nol. Di sana ada sejumlah pondok bambu untuk beristirahat. Dari hutan wisata di atas bukit ini, tersaji pemandangan bentang alam kawasan pantai di selatan dan puncak Semeru yang gagah di utara.
Trek menuju Malang
Setelah cukup beristirahat, perjalanan dilanjutkan menuruni perbukitan. Dibutuhkan waktu tiga jam untuk mencapai Malang dan sekitar dua jam menuju Lumajang. Sebaiknya berhati-hati melewati jalur ini karena banyak kelokan tajam. Stasiun pengisian bahan bakar hanya bisa ditemukan di Lumajang dan Pronojiwo, sekitar 9,5 kilometer arah barat Piket Nol. Team S2W pun bertolak menuju Kota Malang dengan menyusuri jalanan aspal basah bekas hujan semalam. Rombongan sepeda motor Team S2W mulai beranjak menuruni areal perbukitan dan menyibak kabut pagi Semeru, menuruni jalanan berkelok – kelok di daerah Pronojiwo menambah sensasi sendiri dalam riding. Bergerak terus melewati Ampeldento, Tirtoyudo dan perbatasan kota Lumajang – Malang, akhirnya Team S2W tiba di Dampit setelah kurang lebih menempuh 2 jam perjalanan dari Piket Nol. Sarapan pagi di Dampit, sembari mengaso sejenak dan take photo bersama. Setelah kurang lebih 30 menit break, perjalananpun dilanjutkan menuju Wisata Rohani Masjid Seribu Pintu Di Wajak Malang. Kurang lebih 30 menit Team S2W sampai di pintu masuk Masjid Seribu Pintu. Kami pun berwisata di Masjid Seribu Pintu sambil menikmati keindahan – keindahan arsitektur masjid yang konon gabungan antara arsitektur China dan Arab, bahkan anda akan terkagum – kagum karena ada beberapa bagian masjid yang arsitekturnya mirip dengan candi – candi di Thailand.
Ponpes Bihaaru Bahri 'Asali Fadlaailir Rahmah atau lebih dikenal dengan nama "Masjid Tiban/Masjid Seribu Pintu"
Setelah kurang lebih 1 jam berwisata di Masjid Seribu Pintu, Team S2W dijemput Bro Agung dari TC (Thunder Club) Malang digerbang masjid, dan kamipun dijamu di Warkop belakang Stadion Dampit untuk bersilaturahmi dan berkenalan lebih dekat dengan Bro Agung dan rekan2 dari TC Malang. Selepas beramah tamah dengan brother2 dari TC Malang, perjalananpun dilanjutkan menuju Kota Malang. Based information dari Bro Agung, ada tambahan satu orang personel masuk rombongan yaitu Bro Wahyu dari TC Surabaya yang hendak bareng Team S2W untuk pulang ke Surabaya. Kamipun menyanggupi dan sepakat untuk menunggu Bro Wahyu di Terminal Gadang Malang. Setelah kurang lebih 1 jam menunggu, Bro Wahyu akhirnya nongol dan kamipun pulang bersama menuju Kota Surabaya. Sepanjang perjalanan dari Malang ke Surabaya kami ditemani oleh cuaca yang tidak bersahabat alias hujan deras, sampai masuk Pandaan hujanpun tetap tidak berhenti malah di Bundaran Gempol Lama hujan semakin deras ditambah dengan angin kencang. Alhamdulillah pukul 15.00 Team S2W beserta rombongan tiba di Surabaya dengan selamat, sehat dan tidak kurang suatu apapun.
Dalam kesempatan ini tak lupa kami dari Suzuki 2 Wheels (S2W) Region Surabaya mengucapkan terimakasih kepada Cak Mad Helosh (S2W 710) atas support homestaynya…nyaman lek, Suzuki Motorcycle Club (SMC) Lumajang, Pak Agus S2W Paiton bersama rekan2-nya dari GASPOL, Thunder Club (TC) Malang. Terima kasih atas segala support dan “brotherhood soul” nya. And…Lets Keep Our Relationship Continue……
PERPISAHAN Ketika tiba saat perpisahan janganlah kalian berduka, sebab apa yang paling kalian kasihi darinya mungkin akan nampak lebih nyata dari kejauhan – seperti gunung yang nampak lebih agung terlihat dari padang dan dataran.
KATA TERINDAH Kata yang paling indah di bibir umat manusia adalah kata ‘Ibu’, dan panggilan paling indah adalah ‘Ibuku’. Ini adalah kata penuh harapan dan cinta, kata manis dan baik yang keluar dari kedalaman hati.
SAHABAT SEJATI Tidak ada sahabat sejati yang ada hanya kepentingan.
PERSAHABATAN Persahabatan itu adalah tanggungjawaban yang manis, bukannya peluang.
SULUH HIDUP Tuhan telah memasang suluh dalam hati kita yang menyinarkan pengetahuan dan keindahan;berdosalah mereka yang mematikan suluh itu dan menguburkannya ke dalam abu.
PENYAIR Penyair adalah orang yang tidak bahagia, kerana betapa pun tinggi jiwa mereka, mereka tetap diselubungi airmata.
Penyair adalah adunan kegembiraan dan kepedihan dan ketakjuban, dengan sedikit kamus.
Penyair adalah raja yang tak bertakhta, yang duduk di dalam abu istananya dan cuba membangun khayalan daripada abu itu.
Penyair adalah burung yang membawa keajaiban. Dia lari dari kerajaan syurga lalu tiba di dunia ini untuk berkicau semerdu-merdunya dengan suara bergetar. Bila kita tidak memahaminya dengan cinta di hati, dia akan kembali mengepakkan sayapnya lalu terbang kembali ke negeri asalnya.
SUARA KEHIDUPANKU Suara kehidupanku memang tak akan mampu menjangkau telinga kehidupanmu; tapi marilah kita cuba saling bicara barangkali kita dapat mengusir kesepian dan tidak merasa jemu.
KEINDAHAN KEHIDUPAN Keindahan adalah kehidupan itu sendiri saat ia membuka tabir penutup wajahnya. Dan kalian adalah kehidupannya itu, kalianlah cadar itu. Keindahan adalah keabadian yag termangu di depan cermin. Dan kalian; adalah keabadian itu, kalianlah cermin itu.
RUMAH Rumahmu tak akan menjadi sebuah sangkar, melainkan tiang utama sebuah kapal layar.
PUISI Puisi bukanlah pendapat yang dinyatakan. Ia adalah lagu yang muncul daripada luka yang berdarah atau mulut yang tersenyum.
NILAI Nilai dari seseorang itu di tentukan dari keberaniannya memikul tanggungjawab, mencintai hidup dan pekerjaannya.
PENDERITAAN Penderitaan yang menyakitkan adalah koyaknya kulit pembungkus kesedaran- seperti pecahnya kulit buah supaya intinya terbuka merekah bagi sinar matahari yang tercurah.
Kalian memiliki takdir kepastian untuk merasakan penderitaan dan kepedihan. Jika hati kalian masih tergetar oleh rasa takjub menyaksikan keajaiban yang terjadi dalam kehidupan, maka pedihnya penderitaan tidak kalah menakjubkan daripada kesenangan.
Banyak di antara yang kalian menderita adalah pilihan kalian sendiri – ubat pahit kehidupan agar manusia sembuh dari luka hati dan penyakit jiwa. Percayalah tabib kehidupan dan teguk habis ramuan pahit itu dengan cekal dan tanpa bicara.
SAHABAT Sahabat adalah keperluan jiwa yang mesti dipenuhi. Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau subur dengan penuh rasa terima kasih. Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu. Kerana kau menghampirinya saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa memerlukan kedamaian.
SIKAP MANUSIA Jauhkan aku dari manusia yang tidak mahu menyatakan kebenaran kecuali jika ia berniat menyakiti hati, dan dari manusia yang bersikap baik tapi berniat buruk, dan dari manusia yang mendapatkan penghargaan dengan jalan memperlihatkan kesalahan orang lain.
DUA HATI Orang yang berjiwa besar memiliki dua hati; satu hati menangis dan yang satu lagi bersabar.
HUTANG KEHIDUPAN Periksalah buku kenanganmu semalam, dan engkau akan tahu bahwa engkau masih berhutang kepada manusia dan kehidupan.
INSPIRASI Inspirasi akan selalu bernyanyi; kerana inspirasi tidak pernah menjelaskan.
POHON Pohon adalah syair yang ditulis bumi pada langit. Kita tebang pohon itu dan menjadikannya kertas, dan di atasnya kita tulis kehampaan kita.
FALSAFAH HIDUP Hidup adalah kegelapan jika tanpa hasrat dan keinginan. Dan semua hasrat -keinginan adalah buta, jika tidak disertai pengetahuan . Dan pengetahuan adalah hampa jika tidak diikuti pelajaran. Dan setiap pelajaran akan sia-sia jika tidak disertai cinta
KERJA Bekerja dengan rasa cinta, bererti menyatukan diri dengan diri kalian sendiri,dengan diri orang lain dan kepada Tuhan.
Tapi bagaimanakah bekerja dengan rasa cinta itu ? Bagaikan menenun kain dengan benang yang ditarik dari jantungmu, seolah-olah kekasihmu yang akan memakainya kelak.
LAGU GEMBIRA Alangkah mulianya hati yang sedih tetapi dapat menyanyikan lagu kegembiraan bersama hati-hati yang gembira.
KEBEBASAN Ada orang mengatakan padaku, “Jika engkau melihat ada hamba tertidur, jangan dibangunkan, barangkali ia sedang bermimpi akan kebebasan.” Kujawab,”Jika engkau melihat ada hamba tertidur, bangunkan dia dan ajaklah berbicara tentang kebebasan.”
ORANG TERPUJI Sungguh terpuji orang yang malu bila menerima pujian, dan tetap diam bila tertimpa fitnah.
BERJALAN SEIRINGAN Aku akan berjalan bersama mereka yang berjalan. Kerana aku tidak akan berdiri diam sebagai penonton yang menyaksikan perarakan berlalu.
DOA Doa adalah lagu hati yang membimbing ke arah singgahsana Tuhan meskipun ditingkah oleh suara ribuan orang yang sedang meratap.
PENYIKSAAN Penyiksaan tidak membuat manusia tak bersalah jadi menderita: penindasan pun tak dapat menghancurkan manusia yang berada di pihak Kebenaran: Socrates tersenyum ketika disuruh minum racun, dan Stephen tersenyum ketika dihujani dengan lemparan batu. Yang benar-benar menyakitkan hati ialah kesedaran kita yang menentang penyiksaan dan penindasan itu, dan terasa pedih bila kita mengkhianatinya.
KATA-KATA Kata-kata tidak mengenal waktu. Kamu harus mengucapkannya atau menuliskannya dengan menyedari akan keabadiannya.
BICARA WANITA Bila dua orang wanita berbicara, mereka tidak mengatakan apa-apa; tetapi jika seorang saja yang berbicara, dia akan membuka semua tabir kehidupannya.
KESEDARAN Aku tidak mengetahui kebenaran mutlak. Tetapi aku menyedari kebodohanku itu, dan di situlah terletak kehormatan dan pahalaku.
ILMU DAN AGAMA Ilmu dan agama itu selalu sepakat, tetapi ilmu dan iman selalu bertengkar.
NILAI BURUK Alangkah buruknya nilai kasih sayang yang meletakkan batu di satu sisi bangunan dan menghancurkan dinding di sisi lainnya.
MENUAI CINTA Manusia tidak dapat menuai cinta sampai dia merasakan perpisahan yang menyedihkan, dan yang mampu membuka fikirannya, merasakan kesabaran yang pahit dan kesulitan yang menyedihkan.
KEHIDUPAN Sebab kehidupan tidak berjalan mundur, pun tidak tenggelam dimasa lampau.
KERJA Kerja adalah wujud nyata cinta. Bila kita tidak dapat bekerja dengan kecintaan, tapi hanya dengan kebencian, lebih baik tinggalkan pekerjaan itu. Lalu, duduklah di gerbang rumah ibadat dan terimalah derma dari mereka yang bekerja dengan penuh suka cita.
SELAMATKAN AKU Selamatkan aku dari dia yang tidak mengatakan kebenaran kecuali kalau kebenaran itu menyakiti; dan dari orang yang berperilaku baik tetapi berniat buruk; dan dari dia yang memperoleh nilai dirinya dengan mencela orang lain.
CINTA Salahlah bagi orang yang mengira bahwa cinta itu datang kerana pergaulan yang lama dan rayuan yang terus menerus.
Cinta adalah tunas pesona jiwa, dan jika tunas ini tak tercipta dalam sesaat, ia takkan tercipta bertahun-tahun atau bahkan abad.
CINTA Ketika cinta memanggilmu maka dekatilah dia walau jalannya terjal berliku, jika cinta memelukmu maka dakaplah ia walau pedang di sela-sela sayapnya melukaimu.
CINTA Cinta tidak menyedari kedalamannya dan terasa pada saat perpisahan pun tiba. Dan saat tangan laki-laki menyentuh tangan seorang perempuan mereka berdua telah menyentuh hati keabadian.
CINTA Cinta adalah satu-satunya kebebasan di dunia kerana cinta itu membangkitkan semangat- hukum-hukum kemanusiaan dan gejala alami pun tak mampu mengubah perjalanannya.
CINTA Jika cinta tidak dapat mengembalikan engkau kepadaku dalam kehidupan ini, pastilah cinta akan menyatukan kita dalam kehidupan yang akan datang
ATAS NAMA CINTA Jangan kau kira cinta datang dari keakraban yang lama dan pendekatan yang tekun. Cinta adalah kesesuaian jiwa dan jika itu tak pernah ada, cinta tak akan pernah tercipta dalam hitungan tahun bahkan abad.
CINTA YANG BERLALU Cinta berlalu di depan kita, terbalut dalam kerendahan hati; tetapi kita lari daripadanya dalam ketakutan, atau bersembunyi di dalam kegelapan; atau yang lain mengejarnya, untuk berbuat jahat atas namanya.
CINTA LELAKI Setiap lelaki mencintai dua orang perempuan, yang pertama adalah imaginasinya dan yang kedua adalah yang belum dilahirkan.
TAKDIR CINTA Aku mencintaimu kekasihku, sebelum kita berdekatan, sejak pertama kulihat engkau.
Aku tahu ini adalah takdir. Kita akan selalu bersama dan tidak akan ada yang memisahkan kita.
CINTA PERTAMA Setiap orang muda pasti teringat cinta pertamanya dan mencuba menangkap kembali hari-hari asing itu, yang kenangannya mengubah perasaan direlung hatinya dan membuatnya begitu bahagia di sebalik, kepahitan yang penuh misteri.
LAFAZ CINTA Aku ingin mencintaimu dengan sederhana… seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu… Aku ingin mencintaimu dengan sederhana… seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.
LAFAZ CINTA Jangan menangis, Kekasihku… Janganlah menangis dan berbahagialah, kerana kita diikat bersama dalam cinta. Hanya dengan cinta yang indah… kita dapat bertahan terhadap derita kemiskinan, pahitnya kesedihan, dan duka perpisahan.
KALIMAH CINTA Apa yang telah kucintai laksana seorang anak yang tak henti-hentinya aku mencintai… Dan, apa yang kucintai kini… akan kucintai sampai akhir hidupku, kerana cinta ialah semua yang dapat kucapai… dan tak ada yang akan mencabut diriku dari padanya
CINTA DAN AIRMATA Cinta yang dibasuh oleh airmata akan tetap murni dan indah sentiasa.
WANITA Seorang wanita telah dilengkapi oleh Tuhan dengan keindahan jiwa dan raga adalah suatu kebenaran, yang sekaligus nyata dan maya, yang hanya bisa kita fahami dengan cinta kasih, dan hanya bisa kita sentuh dengan kebajikan.
BANGSA Manusia terbahagi dalam bangsa, negara dan segala perbatasan. Tanah airku adalah alam semesta. Aku warganegara dunia kemanusiaan.
KESENANGAN Kesenangan adalah kesedihan yang terbuka bekasnya. Tawa dan airmata datang dari sumber yang sama. Semakin dalam kesedihan menggoreskan luka ke dalam jiwa semakin mampu sang jiwa menampung kebahagiaan;
WARISAN Manusia yang memperoleh kekayaannya oleh kerana warisan, membangun istananya dengan yang orang-orang miskin yang lemah.
RESAH HATI Jika manusia kehilangan sahabatnya, dia akan melihat sekitarnya dan akan melihat sahabat-sahabatnya datang dan menghiburkannya. Akan tetapi apabila hati manusia kehilangan kedamaiannya, dimanakah dia akan menemukannya, bagaimanakah dia akan bisa memperolehinya kembali?
JIWA Tubuh mempunyai keinginan yang tidak kita ketahui. Mereka dipisahkan kerana alasan duniawi dan dipisahkan di hujung bumi. Namun jiwa tetap ada di tangan cinta… terus hidup… sampai kematian datang dan menyeret mereka kepada Tuhan.
LUAHAN Setitiss airmata menyatukanku dengan mereka yang patah hati; seulas senyum menjadi sebuah tanda kebahagiaanku dalam kewujudan… Aku merasa lebih baik jika aku mati dalam hasrat dan kerinduan…dari aku hidup menjemukan dan putus asa.
LAGU KEINDAHAN Jika kamu menyanyikan lagu tentang keindahan, walau sendirian di puncak gurun, kamu akan didengari.
DIRI Dirimu terdiri dari dua; satu membayangkan ia mengetahui dirinya dan yang satu lagi membayangkan bahawa orang lain mengetahui ia.
TEMAN MENANGIS Kamu mungkin akan melupakan orang yang tertawa denganmu, tetapi tidak mungkin melupakan orang yang pernah menangis denganmu.
PEMAHAMAN DIRI Orang-orang berkata, jika ada yang dapat memahami dirinya sendiri, ia akan dapat memahami semua orang. Tapi aku berkata, jika ada yang mencintai orang lain, ia dapat mempelajari sesuatu tentang dirinya sendiri.
HATI LELAKI Ramai wanita yang meminjam hati laki-laki; tapi sangat sedikit yang mampu memilikinya.
PENULIS Kebanyakan penulis menampal fikiran-fikiran mereka yang tidak karuan dengan bahan tampalan daripada kamus.
HARTA BENDA Harta benda yang tak punya batas, membunuh manusia perlahan dengan kepuasan yang berbisa. Kasih sayang membangunkannya dan pedih peri nestapa membuka jiwanya.
OBOR HATI Tuhan telah menyalakan obor dalam hatimu yang memancarkan cahaya pengetahuan dan keindahan; sungguh berdosa jika kita memadamkannya dan mencampakkannya dalam abu.
KESEPIAN Kesepianku lahir ketika orang-orang memuji kelemahan-kelemahanku yang ramah dan menyalahkan kebajikan-kebajikanku yang pendiam.
KEABADIAN PANTAI Aku berjalan selalu di pantai ini. Antara pasir dan buih, Air pasang bakal menghapus jejakku. Dan angin kencang menyembur hilang buih putih. Namun lautan dan pantai akan tinggal abadi
MEMAHAMI TEMAN Jika kamu tidak memahami teman kamu dalam semua keadaan, maka kamu tidak akan pernah memahaminya sampai bila-bila.
MANUSIA SAMA Jika di dunia ini ada dua orang yang sama, maka dunia tidak akan cukup besar untuk menampung mereka.
MENCINTAI Kekuatan untuk mencintai adalah anugerah terbesar yang diberikan Tuhan kepada manusia, sebab kekuatan itu tidak akan pernah direnggut dari manusia penuh berkat yang mencinta.
CERMIN DIRI Ketika aku berdiri bagaikan sebuah cermin jernih di hadapanmu, kamu memandang ke dalam diriku dan melihat bayanganmu. Kemudian kamu berkata, Aku cinta kamu. Tetapi sebenarnya, kamu mencintai dirimu dalam diriku
KEBIJAKSANAAN Kebijaksanaan tidak lagi merupakan kebijaksanaan apabila ia menjadi terlalu angkuh untuk menangis, terlalu serius untuk tertawa, dan terlalu egois untuk melihat yang lain kecuali dirinya sendiri.
KEBENARAN Diperlukan dua orang untuk menemui kebenaran; satu untuk mengucapkannya dan satu lagi untuk memahaminya.
NYANYIAN PANTAI Apakah nyanyian laut berakhir di pantai atau dalam hati-hati mereka yang mendengarnya?
Adalah ketika kamu menitikkan air mata dan masih peduli terhadapnya.. Adalah ketika dia tidak mempedulikanmu dan kamu masih menunggunya dengan setia..
Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain dan kamu masih bisa tersenyum sembari berkata ‘Aku turut berbahagia untukmu..
Apabila cinta tidak berhasil …Bebaskan dirimu… Biarkan hatimu kembali melebarkan sayapnya dan terbang ke alam bebas lagi.. Ingatlah…bahwa kamu mungkin menemukan cinta dan kehilangannya..
Tapi..ketika cinta itu mati.. kamu tidak perlu mati bersamanya
Orang terkuat BUKAN mereka yang selalu menang..MELAINKAN mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh..
(Kahlil Gibran)
“Jika cinta tidak dapat mengembalikan engkau kepadaku dalam kehidupan ini… pastilah cinta akan menyatukan kita dalam kehidupan yang akan datang”
“Apa yang telah kucintai laksana seorang anak kini tak henti-hentinya aku mencintai… Dan, apa yang kucintai kini… akan kucintai sampai akhir hidupku, karenacinta ialah semua yang dapat kucapai… dan tak ada yang akan mencabut diriku dari padanya”
“Kemarin aku sendirian di dunia ini, kekasih; dan kesendirianku… sebengis kematian… Kemarin diriku adalah sepatah kata yang tak bersuara…, di dalam pikiran malam. Hari ini… aku menjelma menjadi sebuah nyanyian menyenangkan di atas lidah hari. Dan, ini berlangsung dalam semenit dari sang waktu yang melahirkan sekilasan pandang, sepatahkata, sebuah desakan dan… sekecup ciuman”
“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana… seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu… Aku ingin mencintaimu dengan sederhana… seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada…”
“…pabila cinta memanggilmu… ikutilah dia walau jalannya berliku-liku… Dan, pabila sayapnya merangkummu… pasrahlah serta menyerah, walau pedang tersembunyi di sela sayap itu melukaimu…” “…kuhancurkan tulang-tulangku, tetapi aku tidak membuangnya sampai aku mendengar suara cinta memanggilku dan melihat jiwaku siap untuk berpetualang”
“Tubuh mempunyai keinginan yang tidak kita ketahui. Mereka dipisahkan karena alasan duniawi dan dipisahkan di ujung bumi. Namun jiwa tetap ada di tangancinta… terus hidup… sampai kematian datang dan menyeret mereka kepada Tuhan…”
“Jangan menangis, Kekasihku… Janganlah menangis dan berbahagialah, karena kita diikat bersama dalam cinta. Hanya dengan cinta yang indah… kita dapat bertahan terhadap derita kemiskinan, pahitnya kesedihan, dan duka perpisahan”
(Kahlil Gibran)
KUMPULAN PUISI ROMANTIS TENTANG CINTA
JATUH CINTA PADAMU
Mempesonanya kamu Menyungging senyummu Menghiasi raut wajahmu Mendiamkan detak jantungku
Mataku jadi pencuri senyummu Yang menghantam jantungku Bingung tak menentu Dengan kehadiranmu
Mungkinkah menerimaku Kutakut kehilanganmu Bila kau tahu perasaanku Yang jatuh cinta padamu
(Anisayu – anisa_nastutik@yahoo.co.id)
CINTA YANG TAK PASTI
mungkin aku terlalu bodoh untuk mengerti mungkin aku tak sengaja jg menyakiti andai aku tau isi hatimu andai kesempatan itu datang lagi padaku
sekarang mustahil bagiku bahkan menyentuh bayangmu, aku tak mampu sekarang aku terpuruk dalam jurang sesalku dan cinta ni jadi sesak dalam dadaku aku tau cinta ini sudah tak laku
tapi biarkan cinta ini aku miliki biarkan cinta ni menjadi bebanku aku tak peduli meski menghambat jalanku aku tau mencintaimu adalah tak pasti
(Agus Eko Ariwibowo)
BAHAGIA BISA MENYAYANGINYA
entah sampai kapan ku bisa bertahan menjaga seutuhnya kasih sayangku meski dia bukan milikku,aku bahagia.. meski aku tak sesempurna seperti yang dia minta aku tetap bertahan
dimanapun aku menatap dunia yang terbayang hanya senyum terindahnya bahkan saat aku tak bisa lagi menatap dunia kuharap aku bisa merasakan hangat canda tawanya
selamanya aku menunggu hingga dia menyadari akan kasih tulusku
(Amrhy)
DENGAN BANGGA
Kalau aku hanya bisa menjadi temanmu Kalau hanya itu tempat untukku dihatimu Kan kuterima itu dengan bangga Kubuktikan diriku yang terbaik untuk menjalaninya
Kan kuberikan kepadamu bahuku untuk tempat mengadu Kan kutunjukkan betapa pedulinya aku padamu Aku kan selalu siap saat kau membutuhkanku Aku akan selalu berada didekatmu
Kalau aku hanya bisa menjadi temanmu Yang mendengar saat kau menangis Kan kuterima itu dengan bangga Kan kujalani dengan suka cita
Cintaku padamu lebih dalam Daripada yang akan pernah kau sadari Tanpa mengharapkan kau mencintaiku Untuk itu mesti ku biarkan kau berlalu
Kau perlu waktu untuk menemukan tujuanmu Kau perlu waktu untuk merenungkan pikiranmu Tapi, saat perjalananmu berakhir Dan jalur yang kau tempuh selesai sudah
Ingatlah aku sahabat baikmu Yang mencintaimu sejak awal mula
(Dekres HS – Rembang)
SAJAK UNTUK CINTA
Hari ini sebelum senja menutup diri Aku sadari betapa hidup sangat berarti Ketika manis dirimu berkata-kata Atas indah cinta itu bahagia
Saat sejenak kutemukan cinta Hapus semua langit punya air mata Dan kemudian yang telah tersadar dan bahagia Cinta hidupkan arti hidup penuh makna
Dan saat tangan itu kugenggam Saat merekah senyuman hangatmu di hadapanku Saat semua cinta ada dan terasa Atas dirimu yang beri aku dunia penuh bahagia
‘Ketika ketulusan cinta itu hadir tanpa pamrih, atas senyuman dan tawa yang kau berikan. Aku bersyukur tuhan telah mempertemukan kita hari ini. Setelah semua rasa yang terpendam, dan rindu atas dirimu yang buat duniaku indah, kau sapa aku dengan senyum hangatmu, yang buat sisa hari inimenjadi hari yang terindah…’
(Muhamad Luthfiansyah – luthfi_labs@hotmail.com)
CINTA SEJATI
Sejak kehadiranmu hingga kini Ruang hatiku beraroma wangi Buaian bunga-bunga rindu menari Yang kau tinggalkan dihati
Makin hari bersemi Tanpa layu senyum ini Tersirami cinta suci Darimu kekasih hati
Jangan biarkan aku sendiri Kuhanya ingin memiliki Dirimu seutuhnya cinta sejati Menjadi harga mati tak tertawar lagi
Andai ada pengganggu hati Hati ini tegas menghadapi Janganlah engkau ragu lagi Hati ini milikmu abadi
(Anisayu – anisa_nastutik@yahoo.co.id)
CINTA ADALAH KETULUSAN
Cinta itu nggak harus diucapkan lewat kata …. Cinta itu nggak harus di ucapkan lewat bahasa … Cinta itu nggak butuh rayuan yang nggak pasti … Cinta itu hanya butuh kesetiaan …
Cinta hanya butuh kepastian dan keikhlasan … Cinta hanya butuh ketulusan … yang muncul dari hati yang paling dalam … dengan penuh ketulusan…
siapa yang menganggap cinta itu sementara … maka ia lah orang yang paling bodoh … jika ia mengalami cinta yang sementara …. maka yang dia alami bukanlah cinta ….
di dalam cinta …. tidak ada penghianatan …. tidak ada kepedihan …. karena cinta itu harus tulus ….
(Ani – ani81jkt@gmail.com)
CINTA ITU IKHLAS
cinta bagaikan air laut yang mengisi sebagian isi bumi… memberi banyak kehidupan.. membuat orang ingin tahu.. dan tiap orang pasti mengalami cinta..
cinta itu keikhlasan.. cinta itu kemauan.. cinta itu saling mengerti.. cinta itu indah jika kita bisa menempatkannya pada tempat terbaik dalam hati..jadikan cinta itu indah dihatimu.. karena cinta bisa seindah yang kau mau
“Edi aku mencintaimu” Dalam segala kurang dan lebihmu Dalam pintaku pada-NYA terselip namamu yang selalu kurindu
I Lup U
(Nurbaya – gendut_nurbaya@yahoo.com)
NAFAS CINTA
hati ini trasa sunyi tanpa nafas cintamu,, hidup ini sepi tanpa senyuman darimu diri inisenyap tanpa jiwa kasih mu,, ruang hatiku gelap tanpa arah tuk melangkah
cinta.. mengapa semua harus terjadi??? mengapa disaat terang dunia kalbuku kau berlalu kau tinggalkan sepenggal dusta dalam rasa,,
cinta.. aku hanya mampu memeluk rasa memeluk mimpi senja yng kelabu meniti harapan fajar kelana,,
cinta.. kau buat aku tak yakin untuk melangkah kau beri aku segenggam luka mengapa cahaya pelangi menjadi api,, selamat jalan cinta,, selamat berbahagia di atas luka ku,, biarkan kata merangkai hati serupa darah dibalik tirai….
(Acri – acrimariadi@yahoo.co.id)
SAMBUTLAH CINTAMU
bila cinta datang padamu.. sambutlah dengan indah di hatimu bila kau mulai merasakan rindu cobalah peluk bayangan – bayangan disekitarmu
bila kau bunga.. ku siap untuk jadi tanah tampat kau tumbuh jika kau takut akan gelap ku siap menjadi penerang dalam hatimu
jika ku boleh berbicara… ku ingin katakan “ku sayang kamu cinta”
(Cinta – cinta@yahoo.com)
AKULAH CINTA
akulah pijar mata sang pecinta jantung bagi semua jenis jamuan akulah kuncup mawar yang merekah bersama fajar dan pagi mengecupku membangunkanku mendekapku erat menyelimutiku dengan gaunnya yang menawan
akulah kumpulan spectrum pelangi sebagai jalan sang bidadari yang menabur cinta di atas bumi akulah warna segala jaman yang membangun masa kini dan meruntuhkan masa lalu aku lebih menawan dari rayuan wangi sang bunga tapi jauh lebih kejam dari muka sang badai
akulah mata air cinta yang mengalir di dalam nirwana yang mengobati dahaga para musafir aku menawarkan kedamaian pada jiwa jiwa yang lapar
akulah yang membisikkan dawai dawai cinta laksana denting harpa dari surga mengalun bersama simponi merasuk ke dalam hati kepada jiwa jiwa yg sepi
(KARRA – darah_biru45@yahoo.com)
RUANG RINDU
Semilir rasa membelai jiwa Tercium aroma yang jauh disana Adakah sama yang kau rasa Disini aku ingat dirimu saja
Bayang-bayang rindu tawa Hiasi dalam beranda Warna-warna canda tawa Dirimu yang jauh disana
Terngiang suara ditelinga Merdu membisikkan kata Penuhi ruang rindu di jiwa Darimu yang jauh disana
Rindu padamu sungguh aku rasa Beranda hatiku hanya gambarmu saja Engkau yang jauh disana Semoga merasakan rinduku juga
Dalam sejarah perkembangan agama Islam di Nusantara, ada beberapa tokoh Islam yang dikenal sangat dipengaruhi oleh ajaran sufi dari Al Hallaj. Di tanah Jawa kita mengenal tokoh sufi yang bernama Syeikh Siti Jenar, atau sering juga dikenal dengan panggilan Syeikh Lemah Abang. Syeikh Siti Jenar ini dalam beberapa penelitian para ahli dikatakan salah satu wali dari sembilan wali yang dianggap menjadi penyebar agama Islam di Nusantara. Tetapi, dalam beberapa penelitian ahli lainnya, Syeikh Siti Jenar dianggap bukan salah seorang dari sembilan wali tersebut. Namun, yang jelas, kisah hidup Syeikh Siti Jenar hampir mirip dengan Al Hallaj di tanah Persia. Syeikh Siti Jenar juga dihukum mati oleh para wali karena dianggap telah menyesatkan umat dengan ajaran “Manunggaling Kawulo Gusti”, atau paham kesatuan antara mahluk dengan Tuhan. Ajaran “Manunggaling Kawulo Gusti” dari Syeikh Siti Jenar ini mirip dengan ajaran “Wahdatul Al Wujud” yang dikembangkan dan dipraktekkan oleh Al Hallaj.
Namun, dalam perkembangan berikutnya, juga ada seorang tokoh sufi lain di Nusantara yang juga dipengaruhi sangat kuat oleh paham Wahdatul Wujud dari Al Hallaj ini, yaitu seorang putra Aceh yang bernama Syeikh Hamzah Fansuri. Beliau adalah seorang sufi dari Aceh yang hidup pada abad ke-17. Menurut para peneliti dan ahli sejarah Aceh, waktu dan tempat kelahiran Hamzah Fansuri tidaklah diketahui. Ada sebagian ahli mengatakan ia lahir di negeri Barus yang waktu itu masuk dalam kerajaaan Aceh (sekarang termasuk salah satu daerah di Provinsi Sumatera Utara). Tetapi Prof. A. Hasjmy dari Aceh berpendapat bahwa Hamzah Fansuri lahir di daerah Fansur, yaitu suatu kampung yang terletak di antara Kota Singkel dengan Gosong Telaga (Aceh Selatan). Dalam jaman kerajaan Aceh Darusalam, kampung Fansur ini dikenal sebagai pusat pendidikan Islam.
Kecuali di Aceh sendiri, Syeikh Hamzah Fansuri juga belajar di berbagai tempat dalam pengembaraannya seperti di Jawa, India, Parsia, Arabia dan lain sebagainya. Beliau dikenal sebagai seorang sufi yang zuhud dan banyak menguasai ilmu seperti ilmu fiqih, tasauf, logika, filsafat, sastra, dan bahasa.
Sekembalinya dari pengembaraan, beliau mulai mengajar di Barus, kemudian di Banda Aceh, dan terakhir beliau mendirikan Dayah (Madrasyah) di daerah tempat lahirnya, dekat Rundeng (Singkel). Di tempat kelahirannya ini pula kemudian beliau wafat sekitar tahun 1607-1610. Beliau memiliki banyak murid, tetapi yang paling terkenal adalah Syeikh Syamsudin Sumatrani yang berasal dari Samudra/Pase, yang menjadi qadi (penasehat agama) Sultan Iskandar Muda yang wafat pada tahun 1630.
Di dalam hal taswuf atau ilmu kesufian, Syeikh Hamzah Fansuri menganut paham Wahdat Al Wujud, yaitu paham kesatuan antara Mahluk dan Tuhan. Dalam hal ini beliau sangat dipengaruhi oleh para sufi seperti Muhyidin Ibnu Arabi, Abdul Karim Jili, Al Hallaj, Bayazid Al Bistami, Fariduddin Attar, Jalaluddin Rumi, Al Ghazali dan lainnya.
Pada saat itu di Sumatera, khususnya di Aceh, tengah terjadi perdebatan sengit tentang paham Wahdat Al Wujud yang melibatkan ahli-ahli tasawuf, ushuludin, dan fiqih pada saat itu. Perdebatan ini dibicarakan antara lain oleh Syeikh Nuruddin Ar-Raniri di dalam buku Bustan Al-Salatin, yang menentang paham Wahdat Al-Wujud dari Syeikh Hamzah Fansuri dan para muridnya.
Perdebatan itu akhirnya memuncak menjadi perseteruan bernuansa politik. Pada masa Sultan Iskandar Tsani (1937-1641), Syeikh Nuruddin Ar-Raniri diangkat menjadi qadi Sultan. Pada masa itu pula, Syeikh Nuruddin Ar-Raniri kerap menyatakan di dalam khutbah-khutbahnya bahwa ajaran tasawuf Syeikh Hamzah Fansuri dan Syeikh Syamsudin Sumatrani telah sesat, karena termasuk ajaran kaum zindiq dan pantheis. Kemudian atas saran Syeikh Nuruddin Ar-Raniri dan ulama istana Aceh pada waktu itu, Sultan Iskandar Tsani memerintahkan pembakaran ribuan buku karangan penulis penganut paham Wahdat Al Wujud di halaman masjid Raya Kutaraja. Karya-karya Syeikh Hamzah Fansuri juga termasuk yang dibakar. Bahkan, para murid dan pengikut Syeikh Hamzah Fansuri banyak yang dikejar-kejar dan dibunuh.
Karya-karya Hamzah Fansuri yang selamat dari pembakaran buku di halaman masjid Raya Kutaraja tersebut tidaklah banyak. Di antaranya, buku yang berjudul Asrarul Arifin, Syarabul Asyikin, serta beberapa puisi sufi seperti Rubai, Syair Perahu, Syair Burung Pingai, dll.
Semasa hidupnya, Syeikh Hamzah Fansuri bukan hanya seorang ulama tasawuf dan sastrawan terkemuka, tetapi juga seorang perintis dan pelopor keilmuan dan kebudayaan Melayu. Kritik-kritiknya yang tajam terhadap prilaku politik dan moral raja-raja, bangsawan dan orang-orang kaya menempatkannya sebagai seorang sufi yang berani pada jamannya. Karena itu tidaklah mengherankan apabila kalangan istana Aceh tidak menyukai kegiatan Syeikh Hamzah Fansuri dan pengikutnya.
Di bidang keilmuan Syeikh Hamzah Fansuri telah mempelopori penulisan risalah tasawuf dan keagamaan secara sistematis dan bersifat ilmiah di dalam bahasa Melayu. Sebelum karya-karya Syeikh Hamzah Fansuri muncul, masyarakat muslim Melayu mempelajari masalah keagamaan, tasawuf, dan sastra melalui kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab dan Persia. Di bidang sastra, Syeikh Hamzah Fansuri telah mempelopori penulisan puisi-puisi sufistik yang bercorak Melayu. Bahkan menurut sebagian ahli sasta Indonesia saat ini, Syeikh Hamzah Fansuri adalah orang pertama yang menuliskan puisi berbentuk pantun dalam bahasa Melayu.
Di bidang kebahasaan, sumbangsih Syeikh Hamzah Fansuri juga sangat besar. Sebagai penulis pertama kitab keilmuan dan sastra dalam bahasa Melayu, beliau telah berhasil mengangkat naik martabat bahasa Melayu dari sekedar bahasa lingua franca (bahasa pergaulan sehari-hari), menjadi suatu bahasa intelektual dan ekspresi seni sastra yang modern. Tak mengherankan jika pada abad ke-17, bahasa Melayu dijadikan bahasa pengantar di berbagai lembaga pendidikan Islam, disusul dengan penggunaannya oleh para misionaris Kristen untuk penyebaran agama, kemudian digunakan pula oleh pemerintah kolonial Belanda sebagai bahasa administrasi dan pengantar di sekolah-sekolah pemerintah. Inilah yang memberi peluang besar kepada bahasa Melayu untuk dipilih serta ditetapkan menjadi bahasa persatuan dan kesatuan bagi bangsa Indonesia dan Malaysia.
Namun, yang paling penting, dan sering luput dari perhatian para ahli sejarah dan agama tentang Aceh, adalah ajaran sufi atau tasawuf dari Syeikh Hamzah Fansuri yang sangat universal dan masih tetap relevan bagi bangsa Indonesia bahkan dunia saat ini. Ajaran sufi dari Syeikh Hamzah Fansuri sangat spiritual, humanis, dan mampu melintasi sekat-sekat kemanusiaan yang tercipta akibat pandangan sempit kesukuan, ras, serta agama.
Jalan Sufi adalah Jalan Menemukan Jati Diri
Menurut Syeikh Hamzah Fansuri, seseorang yang hendak memasuki jalan sufi, jalan spiritual, jalan untuk bertemu Tuhan yang abdi, haruslah memulai perjalanannya dengan mengenal Jati Dirinya terlebih dahulu.
Simaklah syair yang ditulis beliau berjudul “Sidang Ahli Suluk” pada bagian I di bait 1:
“Sidang Faqir empunya kata, Tuhanmu Zahir terlalu nyata. Jika sungguh engkau bermata, lihatlah dirimu rata-rata”.
Bagi Syeikh Hamzah Fansuri, kehadiran Tuhan itu sangatlah Maha Nyata (Zahir). Karena itu sang sufi, atau disebut sebagai Faqir, adalah orang yang telah meninggalkan keterikatannya pada segala sesuatu di luar dirinya, dan memulai perjalanan ruhaninya dengan “melihat” atau mengenali dirinya sendiri setiap saat.
Selanjutnya Syeikh Hamzah Fansuri menegaskan bahwa untuk mengenal Jati Diri, seorang sufi harus memulai dengan suatu metode tafakur tertentu, suatu latihan tertentu. Suatu metode atau latihan yang sebenarnya juga banyak digunakan oleh berbagai aliran mistik keagamaan atau spiritual di berbagai belahan dunia, yang lebih dikenal dengan istilah meditasi. Selama ini pengertian meditasi atau tafakur sering disalahtafsirkan hanya sebagai latihan pernapasan, atau berzikir, atau merapal mantra. Tetapi Syeikh Hamzah Fansuri menjelaskan dengan tepat esensi dari tafakur atau meditasi atau latihan sufi di dalam syair berjudul “Sidang Ahli Suluk” pada bagian I di bait 9:
“Hapuskan akal dan rasamu, lenyapkan badan dan nyawamu. Pejamkan hendak kedua matamu, di sana kaulihat permai rupamu”.
Syeikh Hamzah Fansuri dengan sangat jelas menyatakan bahwa setiap tafakur atau metode latihan sufi apa pun harus dimulai dengan “hapuskan akal dan rasamu”, yang berarti suatu cara untuk menuju kepada kondisi “No-Mind”, kondisi berada dalam Kesadaran Murni atau Kesadaran Ilahi. Untuk mencapai kondisi “No-Mind” tersebut, maka seorang sufi harus “lenyapkan badan dan nyawamu”, yang berarti melepaskan keterikatan terhadap tubuh dan berbagai pemikiran atau nafsu (nyawa). Setelah itu, barulah sang sufi memejamkan kedua mata inderawinya, untuk mengaktifkan “mata-ruhaninya”, guna melihat rupa dari Jati Dirinya yang senantiasa berada dalam kondisi permai, kondisi “bahagia yang abadi”. Inilah sesungguhnya inti dari tafakur atau meditasi menurut Syeikh Hamzah Fansuri.
Selanjutnya Syeikh Hamzah Fansuri mengisahkan pengalamannya mencari dan menemukan Tuhan, menemukan Allah yang lebih dekat dari urat lehernya sendiri, menemukan Jati Dirinya sendiri. Simak syair berjudul “Sidang Ahli Suluk” pada bagian 3 di bait 14:
“Hamzah Fansuri di dalam Mekkah, mencari Tuhan di Bait Al-Ka’bah. Dari Barus ke Qudus terlalu payah, akhirnya dijumpa di dalam Rumah”.
Sebagai seorang Guru Sufi atau Murshid, Syeikh Hamzah Fansuri memang mendidik para muridnya berdasarkan pengalaman pribadinya sendiri. Seorang Murshid hanya membagi pesan atau memberi contoh berdasarkan pengalaman yang pernah dilakoninya. Begitu pula dengan Syeikh Hamzah Fansuri, beliau dengan jujur mengungkapkan bahwa selama ini ia telah bersusah payah mencari Tuhan di luar dirinya, hal ini disimbolkan dengan Ka’bah atau pun Qudus (nama mesjid di Yerusalem tempat kiblat sholat pertama umat Islam sebelum Ka’bah di Mekkah). Proses pencarian Tuhan di luar dirinya tersebut telah membawanya mengembara ke mana-mana meninggalkan kampung halamannya yang bernama Barus di Aceh. Tetapi, akhirnya beliau tersadar, bahwa Tuhan yang selama ini dicarinya di luar diri, ternyata “dijumpa” di dalam “Rumah”, di dalam dirinya sendiri. Proses “perjumpaan” dengan Tuhan di dalam dirinya sendiri ini telah mengakhiri “pencarian” yang meletihkan dari seorang Hamzah Fansuri, sehingga beliau layak disebut sebagai seorang Syeikh, seorang Guru Sufi, seorang Murshid yang mendidik para muridnya berdasarkan pengalaman pribadinya sendiri.
Bagi seorang sufi sejati, penemuan Tuhan sebagai Jati Dirinya sendiri akan membuat hidupnya benar-benar bebas dari segala keterikatan apa pun, ia berada dalam “Kemiskinan Ilahiah”, kemiskinan yang membebaskannya dari segala kemelekatan pada kesementaraan benda-benda, pada ilusi dunia yang tercipta dari pikirannya sendiri. Ia bersiap sedia mengurbankan dirinya demi melayani Kehendak Ilahi. Ia tidak lagi tersekat-sekat dalam pandangan sempit kesukuan atau fanatisme agama, karena ia telah menyadari bahwa keberadaannya yang sementara selalu berada dalam Keberadaan Sang Maha Abadi. Ia sadar bahwa fungsinya di dalam dunia hanyalah menjadi perantara atau pembawa pesan dari Keabadian, dari Allah yang senantiasa bersemayam dalam hatinya. Itulah yang diungkapkan oleh Syeikh Hamzah Fansuri, yang saya kutip secara bebas, di dalam syair yang berjudul “Sidang Ahli Suluk” pada bagian 1 di bait 11:
“Hamzah miskin orang terbebaskan, seperti Nabi Ismail menjadi qurban. Fansuri bukannya Persia lagi Arabi, selalu menjadi perantara dengan yang Baqi”.
Kesatuan Hamba dan Tuhan di dalam Kasih
Pandangan kesufian Hamzah Fansuri memang sangat universal. Bagi Hamzah Fansuri, ketika seorang manusia mencari hakekat Tuhan di dalam dirinya, maka ia pasti akan menemukan bahwa Tuhan dan hamba tiadalah berbeda. Simak salah satu bait dari “Syair Perahu” yang ditulis oleh Beliau:
“La Ilaha Il Allah itu kesudahan kata, Tauhid ma’rifat semata-mata, Hapuskan kehendak sekalian perkara, Hamba dan Tuhan tiada berbeda.”
Saya pikir, ungkapan Syeikh Hamzah Fansuri ini sangat berani pada masanya. Beliau dengan berani mengungkapkan hijab atau tirai yang menutupi pandangan sempit atau ketidaksadaran umat Islam pada masa itu. “La Ilaha Il Allah itu kesudahan kata,” benar sekali pandangan Syeikh Hamzah Fansuri dalam syair ini. Kalimat tauhid yang menjadi inti ajaran Islam ini, La Ilaha Il Allah, Tiada Tuhan Selain Allah, adalah sesungguhnya akhir dari setiap perkataan, akhir dari pikiran, akhir dari segalah ilusi, untuk menuju keadaan: “Tauhid ma’rifat semata-mata,” suatu keadaan ketika seluruh pikiran dan pengalaman telah terlampaui, suatu Keadaan Murni yang dikenal dengan istilah “No-Mind”.
Namun, tentu saja, untuk mencapai Keadaan Murni ini, seorang sufi harus mampu untuk “hapuskan kehendak sekalian perkara,” untuk melampaui setiap kehendak yang masih terikat kepada berbagai perkara yang digerakkan oleh nafsu-nafsu rendah, oleh kepicikan pikiran yang egoistik, sehingga tercapailah suatu kondisi ketika “Hamba dan Tuhan tiada berbeda.” Inilah sesungguhnya makna dari tauhid, makna dari ungkapan La Ilaha Il Allah, Tiada Tuhan Selain Allah, yaitu suatu Keadaan Murni ketika seluruh kehendak telah terlampaui, maka hamba dan Tuhan tiada berbeda. Namun, dalam hal apa hamba dan Tuhan itu tiada berbeda?
Mari kita simak pandangan Syeikh Hamzah Fansuri yang lain dalam kutipan berikut ini dari buku Zinat Al Wahidin (Tentang Keesaan Allah) pada Bab Kelima:
“……..Alam ini seperti ombak. Keadaan Allah seperti Laut. Sungguh pun ombak lain daripada laut, pada hakikatnya tiada lain daripada laut.
“Nabi Muhammad pernah bersabda: Allah menjadikan Adam atas RupaNya………….
“Selain itu Rasullah juga pernah bersbada: Allah menjadikan Adam atas Rupa-Rahman. Karena Rahman disebutkan sebagai Laut, maka Adam disebutkan sebagai buih…………..”
Berdasarkan uraian dalam bukunya di atas, dapatlah disimpulkan pandangan Syeikh Hamzah Fansuri tentang ketauhidan universal punya dasar yang cukup kokoh dalam ajaran Islam berdasarkan sabda Rasul Muhammad SAW sendiri. Syeikh Hamzah Fansuri menggunakan satu permisalan yang sudah cukup dikenal di dalam ajaran sufi dan mistikisme di dunia, yaitu ombak dan laut. Bagi Syeikh Hamzah Fansuri, alam dan segala isinya ini merupakan “Gerak Ilahi” yang termanifestasi, dan ia ibaratkan sebagai ombak dari lautan. Sedangkan “Keadaan Allah”, suatu kondisi ketika manusia mengalami Kesadaran Ilahiah atau Kesadaran Murni, seperti lautan itu sendiri. Ombak hanyalah bentuk lain dari laut. Pada hakekatnya, ombak dan laut itu satu bentuk, yaitu air.
Syeikh Hamzah Fansuri dengan pengetahuannya yang luas dan mendalam juga menambahkan kutipan dari sabda Rasul yang mungkin tidak cukup populer di kalangan umat Islam saat ini. Di dalam hadis itu diungkapkan bahwa Allah juga menjadikan Adam menurut Rupa Rahman (Yang Maha Pengasih). Bagi Syeikh Hamzah Fansuri, wujud “Lautan Ilahiah” itu adalah sifat Yang Maha Pengasih, adalah “Kasih” itu sendiri. Maka, sesuai dengan sabda Rasul, jika Allah adalah Kasih itu sendiri, sudah tentu Manusia adalah buih dari Kasih itu sendiri. Inilah inti dari ajaran kesufian dari Syeikh Hamzah Fansuri, yaitu: Tauhid-Kasih, bahwa hakekat manusia dan seluruh alam ini adalah Kasih.
Dalam hal apa hamba dan Tuhan tiada berbeda? Menurut Syeikh Hamzah Fansuri, Tuhan dan Hamba tiada berbeda dalam perwujudannya sebagai Kasih. Kemudian Syeikh Hamzah Fansuri memperluas definisi Cinta Ilahi ini menjadi “pelayanan tanpa pamrih” kepada sesama manusia dan mahlukNya. Seperti kutipan berikut dalam kitab yang sama: “Barangsiapa cinta akan Allah, maka hendaknya ia melakukan kebaktian pula.”
Relevansi Ajaran Syeikh Hamzah Fansuri
Pesan-pesan yang dibawa Syeikh Hamzah Fansuri masih sangat relevan dengan kondisi kehidupan beragama di Indonesia saat ini. Syeikh Hamzah Fansuri sangat menekankan agar manusia selalu beusaha untuk menemukan Jati Diri yang Ilahi di dalam diri manusia sendiri. Jati Diri manusia itu sesungguhnya “berada” dengan kenyataan yang sama, kesatuan umat manusia dan seluruh mahluk-Nya di dalam Kasih. Seperti yang terungkap dalam terjemahan bebas saya atas salah satu syairnya yang berjudul “Minuman Para Pencinta” pada bagian 5 di bait 3 berikut ini:
“Rahman itulah yang bernama semesta, Keadaan Tuhan yang wajib disembah dan dipuja. Kenyataan Islam, Nasrani, dan Yahudi sebenarnya sama: dari Rahman itulah sekalian menjadi nyata.”
Coba kita bayangkan, seorang sufi dan ulama pada abad ke 17 di Aceh telah memiliki pandangan “Tauhid-Kasih” seperti ini. Kalau pandangan Syeikh Hamzah Fansuri ini disebarluaskan di dunia Islam saat ini, maka selesailah berbagai pertentangan atas nama agama yang disebabkan oleh fanatisme sempit. Bagi Syeikh Hamzah Fansuri, hakikat semua agama itu sama, yaitu sifat Rahman dari Allah, sifat Yang Maha Pengasih dari Allah, atau bisa juga disebut Allah sebagai Yang Maha Kasih itu sendiri. Karena Kasih itu sendiri menjelma manjadi semesta, maka Allah dan wujudNya sebagai Kasih itu pula sesungguhnya yang wajib disembah dan dipuja oleh semua agama. Esensi agama Islam adalah Kasih. Esensi agama Nasrani adalah Kasih. Esensi agama Yahudi adalah Kasih. Jadi, apa gunanya melakukan peperangan atas nama agama? Demikianlah kira-kira menurut pemahaman saya tentang pesan Syeikh Hamzah Fansuri dalam salah satu syairnya tersebut.
Tetapi, sungguh sangat ironi, jika saat ini yang terjadi di Indonesia justru sebaliknya. Pertikaian atas nama agama justru semakin berkembang di Indonesia. Makin lama justru makin menajam. Segelintir orang yang mengklaim dirinya sebagai ahli agama justru menebarkan bibit permusuhan antar agama di kalangan umatnya. Toleransi antar umat beragama yang dikembangkan selama ini, sekarang menjadi toleransi semu. Toleransi ditafsirkan seperti suatu masa jeda perdamaian, untuk bersiap-siap kembali berperang.
Sebagai contoh yang terjadi di Indonesia, paham pertikaian politis dan ekonomis yang dibalut sebagai pertikaian antara agama Islam dengan Yahudi di negara-negara Timur Tengah dan Arab, saat ini telah diekspor ke umat Islam di Indonesia. Tiba-tiba saja, saat ini begitu banyak umat Islam di Indonesia yang begitu membenci orang Yahudi, tanpa tahu sejarah politik dan ekonomi yang mendasari pertikaian di negara-negara Timur Tengah dan Arab. Kita telah terkena propaganda dari kaum fanatisme sempit untuk memecah belah bangsa Indonesia. Kebencian yang sangat tidak sehat ini, sekarang berkembang lebih jauh kepada umat beragama yang lainnya, seperti agama Nasrani, Buddha atau Hindu. Begitu juga sebaliknya. Sungguh sangat memprihatinkan perkembangan kehidupan beragama di Indonesia pada saat ini. Jika kita sebagai bangsa tidak segera sadar, maka kita berada dalam satu situasi kritis menuju pertikaian antar umat beragama yang lebih luas.
Akankah kita sudi mengimpor peperangan berlatar politik dan ekonomi yang dibumbui istilah “perang agama” di Timur Tengah dan Arab ke tubuh Ibu Pertiwi yang tercinta ini? Lantas apa solusinya? Coba kembali kita tengok pesan Syeikh Hamzah Fansuri dalam salah satu syairnya yang berjudul “Burung Pingai” pada bagian 4 di bait 12:
“Ilmunya ilmu yang pertama, mazhabnya mazhab ternama, cahayanya cahaya yang lama, ke dalam surga bersama-sama.”
Di dalam syair ini, Syeikh Hamzah Fansuri membuat permisalan Jati Dirinya sebagai “Unggas Ruhani” yang bernama Burung Pingai (Burung Yang Berkilau Keemasan). Di dalam syair yang terdiri dari empat bagian ini, Syeikh Hamzah Fansuri tetap menekankan pada soal Rahman, atau Kasih. Bagi Syeikh Hamzah Fansuri ilmu tentang Kasih ini adalah ilmu yang pertama. Mazhab atau aliran keagamaannya atau jalan kesufiannya juga adalah “Mazhab Kasih”. Cahaya sebagai simbol Kesadaran Murni juga adalah cahaya yang lama telah ada sejak pencipataan manusia yaitu “Cahaya Kasih”. Jadi, kesimpulan Syeikh Hamzah Fansuri, jika ilmu dan agama atau kesadaran manusia selalu didasari oleh Kasih, maka sudah pasti surga atau “keadaan bahagia abadi” akan terwujud. Namun, surga itu milik bersama, milik semua umat manusia, tanpa membedakan suku atau agama, pandangan politik atau ideologinya, status sosial atau jumlah hartanya. Bagi Syeikh Hamzah Fansuri, surga atau keadaan bahagia abadi itu adalah hak dasar setiap manusia yang telah menyatu dengan Kasih, dengan Allah itu sendiri.
Semoga ajaran “Sang Sufi Cinta” dari tanah Aceh ini bisa bergema kembali di bumi nusantara, khususnya di bumi Nangroe Aceh Darussalam. Dan marilah kita sebagai bangsa Indonesia berjuang bersama mewujudkan “Surga-Kasih” dari Syeikh Hamzah Fansuri di negeri Ibu Pertiwi ini. Semoga Kebahagiaan Ilahi selalu menyinari bangsa Indonesia dan seluruh umat manusia beserta seluruh mahluk-Nya. Amin.
Oleh Ahmad Yulden Erwin
Pustaka:
A. Hasjmy, Ruba’I Hamzah Fansuri: Karya Sastra Sufi Abad XVII, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pelajar Malaysia, 1976.
Abdul Hadi W.M., Hamzah Fansuri: Risalah Tasawuf dan Puisi-puisinya, Bandung: Penerbit Mizan, 1995.
Abdul Hadi W.M., Sastra Sufi, Bandung: Penerbit Mizan, 1996.
Pemikiran Al-Ghazali Tentang Al-Qur'an, Tafsir, dan Takwil
Yusriandi
Sungguh aku ingin membangunkan Anda dari tidur Anda. Wahai Anda yang banyak membaca al-Qur'an, serta menyibukkan diri mempelajarinya dan mereguk beberapa makna dan kalimat lahirnya. Berapa lama lagikah Anda akan terus berkeluyuran di pantai sang samudera, sementara mata Anda tertutup dari kehebatan makna al-Qur'an?
A. Pendahuluan
Makalah berikut ini akan mencoba membahas sekilas-sepintas prisma pemikiran Imam Al-Ghazali, sang hujjatul Islam, tentang al-Qur'an, tafsir, dan takwil. Sebagaimana diketahui, Imam Al-Ghazali adalah salah seorang tokoh terkemuka dunia Islam, dimana gaung dan bahkan pengaruh pemikirannya masih terasa sampai saat ini. Tak terkecuali yang berkaitan dengan penafsiran al-Qur'an.
B. Mari Berbagi: Biografi Singkat dan Karya Al-Ghazali
Nama lengkap Imam Al-Ghazali adalah Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad Al-Ghazali. Ia lahir pada tahun 450 H. di Tus, sebuah kota kecil di Khurasan. Kala itu, Khurasan merupakan kota kedua di Iran setelah kota Naysaburi. Ayahnya adalah seorang sufi yang shaleh dan berprofesi sebagai pengrajin benang wol. Sebelum meninggal, ayahnya sempat menitipkan Al-Ghazali kecil beserta saudaranya, Ahmad, pada seorang sufi supaya kelak dididik dan dibimbing bagaimana caranya menjalani kehidupan yang benar. Al-Ghazali pertama kali memperoleh pendidikan di kota Tus. Setelah itu, ia pindah ke Jurjan dan kemudian berguru pada Imam Juwaini di Naisafur sampai gurunya tersebut meninggal pada tahun 478 H/1085 M. Sepeninggal Imam Juwaini, Al-Ghazali berkunjung ke Nizham Al-Muluk di kota Mu'askar, Baghdad. Di kota ini, Al-Ghazali tinggal selama enam tahun. Pada tahun 483 H, ia diangkat menjadi guru di sekolah Nizham Al-Muluk. Kecuali mengajar, selama di Baghdad Al-Ghazali mulai aktif melakukan kritik dan bantahan terhadap pemikiran golongan Bathiniah, Ismailiah, filosof, dan lain sebagainya. Meskipun Al-Ghazali meraih karir cemerlang dan kedudukan terhormat di Baghdad, namun semua itu tidak mampu menutupi kegelisahan hati Al-Ghazali mengenai pekerjaannya tersebut. Oleh sebab itu, pada tahun 484 H, ia memutuskan meninggalkan apa yang telah diraihnya itu dan kemudian pergi ke Damaskus. Di kota ini, ia mulai merenung, membaca, dan menulis dengan berketepatan hati memilih jalan sufi dalam hidupnya. Setelah dua tahun berada di Damaskus, ia kemudian pindah ke Palestina dan melakukan aktivitas merenung, membaca, dan menulis di Masjid Baitul Makdis. Setelah melakukan pengembaraan selama sepuluh tahun, Al-Ghazali kemudian menunaikan ibadah haji ke Mekah. Selepas menunaikan rukun Islam kelima itu, ia pulang ke tanah kelahirannya, Tus. Pada tahun 499 H, atas desakan pemerintah, Al-Ghazali kembali mengajar di sekolah Nizham Al-Muluk. Namun, pekerjaan tersebut hanya dilakoninya selama dua tahun dan kemudian pulang lagi ke Tus. Di kota kelahirannya ini, Al-Ghazali mendirikan sekolah para yuris Islam (fuqaha') dan sebuah biara untuk kaum sufi. Pada tahun 504 H/1111 M, Al-Ghazali menghembuskan nafas terakhirnya di kota Tus, dalam usia lima puluh empat tahun. Sang hujjatul Islam ini mewariskan banyak karya yang memaparkan prisma-prisma pemikiran Al-Ghazali yang dapat diakses oleh generasi sekarang. Karya-karya tersebut berupaya memadukan secara baik antara berbagai disiplin keilmuan, seperti fikih, tasauf, filsafat, dan teologi yang banyak dikagumi oleh mereka yang tinggal di belahan dunia barat dan timur. Menurut Dr. Abdurrahman Badawi, karya-karya Al-Ghazali mencapai 457 buah. Ihya' 'Ulumuddin, Al-Arba'in fi Ushuluddin, Tahafut Al-Falasifah, AlMunqid minal Dhalal, dan Al-Mustasyfa adalah di antara karyanya yang populer.
C. Pemikiran Al-Ghazali tentang al-Qur'an
Sebagaimana diketahui, perhatian Al-Ghazali secara intens terhadap studi al-Qur'an dimulai ketika ia telah meninggalkan segala kemewahan yang telah diraihnya di kota Baghdad. Oleh sebab itu, bila ingin menelusuri pemikiran Al-Ghazali tentang al-Qur'an, hal yang pertama kali perlu diperhatikan adalah membaca karya-karyanya pasca uzlahnya. Pandangan Al-Ghazali tentang al-Qur'an terdapat dalam "Kitab Adab Tilawah al-Qur'an" yang dimuat dalam karya magnum opus-nya, Ihya' 'Ulumuddin. Karyanya ini dimaksudkan oleh Al-Ghazali dalam rangka untuk menjaga, melestarikan, dan mengaktualkan al-Qur'an dalam berbagai situasi dan sepanjang zaman. Pandangan Al-Ghazali tentang al-Qur'an terdapat dalam pengantar Kitab Adabu Tilawah al-Qur'an. Menurutnya, al-Qur'an diturunkan tidak sedikit pun mengandung sesuatu yang batil. Al-Qur'an bersumber dari Sang Maha Bijak lagi Terpuji. Oleh sebab itu kebenaran al-Qur'an, seturut Al-Ghazali, adalah kebenaran substansial. Kisah-kisah dalam al-Qur'an merupakan sumber inspirasi bagi para cendekiawan, sementara hukum-hukum atau aturan-aturan yang termuat di dalamnya merupakan kebijakan tertinggi yang mengandung nilai-nilai kebaikan bagi tata aturan kehidupan manusia. Karenanya, Al-Ghazali mengibaratkan al-Qur'an sebagai cahaya yang menyinari. Berdasarkan hal ini, maka bagi Al-Ghazali, al-Qur'an memuat petunjuk bagi umat terdahulu, kini, dan masa mendatang. Pandangan Al-Ghazali mengenai al-Qur'an terangkum dalam ungkapannya, bahwa al-Qur'an laksana samudera luas, dan darinya tumbuh ilmu-ilmu klasik dan ilmu-ilmu modern. Pandangan tersebut kemudian dipertegasnya kembali tatkala membicarakan esensi al-Qur'an. Menurut Al-Ghazali, Kalam Allah adalah Esa. Keesaan-Nya meliputi semua makna Kalam, sebagaimana ilmu-Nya adalah Esa, meliputi yang terdapat di langit dan di bumi. Bagi Al-Ghazali, esensi al-Qur'an adalah Kalam Allah dan sekaligus Ilmu Allah. Sebagai Kalam Allah, al-Qur'an memuat dan mencakup seluruh makna kalam-Nya. Dikarenakan Kalam Allah juga merupakan Ilmu Allah, maka berarti al-Qur'an, seturut Al-Ghazali, mencakup seluruh Ilmu Allah. Oleh sebab itu, al-Qur'an juga berperan sebagai sumber ilmu pengetahuan. Peran al-Qur'an sebagai sumber ilmu pengetahuan, didasarkan pada peran ilmu pengetahuan bagi aktivitas dan kreativitas manusia sebagai potensi kehidupan dan penghidupan. Berdasarkan hal ini, maka nilai kebenaran al-Qur'an yang menjadi sumber segala kebenaran mesti dijaga autentitasnya, sebagaimana yang telah dijamin oleh Allah dalam al-Qur'an. Di samping kajian terhadap al-Qur'an yang ditegakkan di atas etika dan prinsip-prinsipnya, terpeliharanya nilai al-Qur'an menurut Al-Ghazali juga didukung oleh tradisi hapalan, tulisan, dan pembacaan mushaf. Persfektif Al-Ghazali yang sedemikian rupa kemudian membawa kita tentang pembahasan Al-Ghazali mengenai nilai dan keutamaan al-Qur'an, serta juga para ahlinya, yaitu para penghapal, pembaca, dan penafsir al-Qur'an. Pandangannya tersebut berdasarkan pada beberapa hadis Nabi dan atsar Sahabat. Disebabkan ketinggian dan kekudusan al-Qur'an, di samping juga para ahlinya itu, maka Al-Ghazali memberi titik tekan untuk mengemban tanggung jawab memelihara autentitas al-Qur'an. Sebentuk pertanggungjawaban, para pengkaji al-Qur'an harus mentransformasikan nilai dan ajaran al-Qur'an melalui ilmu dan amalnya. Upaya tersebut kemudian terefleksikan dan berkoreferensi dengan gagasan Al-Ghazali tentang etika lahir dan sikap batin ketika membaca dan mengkaji al-Qur'an. Penekanan secara etis ini merupakan upaya Al-Ghazali untuk mengarahkan para penghapal, pembaca, dan pengkaji al-Qur'an kepada rahasia, inti, dan tujuan al-Qur'an, yaitu seruan kepada Tuhan Yang Maha Tinggi. Karenanya, maka bagi Al-Ghazali, setiap upaya untuk mengkaji dan berinterkasi dengan al-Qur'an mestilah berupaya untuk mencari titik ekuilibrium makna eksoterik (zahir) dan makna esoterik (batin) al-Qur'an. Dalam konteks inilah pengklasifikasian ayat al-Qur'an yang dilakukan Al-Ghazali kepada enam kelompok, tiga asas pokok al-Qur'an dan tiga sebagai asas pelengkap, harus dipahami. Menurutnya, ayat pokok al-Qur'an adalah ayat-ayat yang termasuk dalam kelompok transenden, ayat-ayat tasawufi, dan ayat-ayat eskatologis. Sementara ayat-ayat historis, ayat-ayat kalami, dan ayat-ayat fiqhi termasuk dalam kelompok asas pelengkap. Asas pokok al-Qur'an disebut Al-Ghazali sebagai permata al-Qur'an, berupa ilmu-ilmu al-Qur'an. Sedangkan asas pelengkap dinamainya mutiara al-Qur'an, yaitu media aplikasinya. Dari pandangan ini, terlihat konsistensi Al-Ghazali tentang keserasian antara ilmu dan amal, aqidah dan syariah, serta hakikat dan syariat. Pandangan Al-Ghazali tentang al-Qur'an dan klasifikasinya, untuk menarik sebuah benang berah bahwa al-Qur'an merupakan sumber ilmu dan kebenaran. Al-Qur'an diposisikan sebagai "cahaya kebijakan" yang memberi pencerahan kepada akal secara potensial dan aktual. Dalam konteks yang seperti inilah Al-Ghazali memahami dan memaknai istilah "al-Nur" yang terdapat dalam al-Qur'an.
D. Pemikiran Al-Ghazali tentang Tafsir
Sebelum membicarakan bagaimana pemikiran Al-Ghazali tentang tafsir, perlu dijelaskan sekilas bagaimana perkembangan tafsir sebelum dan pada masanya. Sebab, hanya dengan mengetahui peta yang demikian itu, kita dapat menilai kekhasan tafsirnya dan kontribusi Al-Ghazali bagi perkembangan tafsir pada masa berikutnya. Sebagaimana diketahui, sebelum Al-Ghazali perkembangan tafsir terpaku dan terpusat pada fanatisme golongan atau aliran tertentu, seperti tafsir sufi, tafsir fikih, dan tafsir falsafi. Kecendrungan tafsir seperti ini tetap bertahan hingga pada masa Al-Ghazali. Dalam amatan Al-Ghazali, model tafsir yang seperti itu memiliki sejumlah kekurangan, di samping bias dan parsial, tafsir seperti juga berbanding terbalik dengan peran al-Qur'an sebagai petunjuk bagi umat manusia. Penafsiran seperti itu, hemat Al-Ghazali, juga berpotensi membelah-belah umat Islam ke dalam berbagai aliran dan pemikiran yang nyata-nyata kontra produktif. Untuk mengatasi problem tersebut atau untuk menutupi kekurangan itu, Al-Ghazali menawarkan interpretasi baru yang berupaya mensintesakan antara tafsir tekstual-kontekstual, eksoterik-esoterik, dan ma'tsur-ra'yu, sebuah pola penafsiran yang konfrehensif terhadap al-Qur'an. Aneka disiplin keilmuan yang berkembang pada masanya diakomodir, berbagai sisi dan dimensi al-Qur'an juga dipertimbangkan. Kecuali itu, metode tafsir yang digagas Al-Ghazali juga dialamatkan sebagai kritik terhadap penafsiran tradisional (ma'tsur) di kalangan Sunni, penafsiran rasional (ra'yu) filosof dan mutakalimun, penafsiran tekstual (eksoterik) kalangan Hasywiyah dan fuqaha, dan penafsiran esoterik (isyari) para sufi dan Bathiniah. Apa yang dirintis Al-Ghazali ini di kemudian hari memberi inspirasi bagi kelahiran tafsir ilmiah pada masa berikutnya, yaitu suatu pola penafsiran yang melibatkan dan menetapkan istilah-istilah ilmiah dalam ungkapan-ungkapan al-Qur'an. Dalam konteks ini, penafsiran al-Qur'an adalah berupaya menguraikan berbagai ilmu pengetahuan dan perspektif-perspektif filosofisnya. Untuk kepentingan metode dan operasional tafsirnya, Al-Ghazali membagi ayat al-Qur'an ke dalam enam kelompok, dumana masing-masingnya diteguhkan dengan kriteria etis. Pertama, ayat-ayat tentang ketuhanan. Untuk ayat-ayat ketuhanan, Al-Ghazali merekomendasikan metode penafsiran yang menitikberatkan pada makna majazzi. Misalnya, penafsiran "istawa" yang terdapat dalam surat Fussilat ayat 11. Al-Ghazali menafsirkannya dengan "menundukkan dan menguasai". Kedua, ayat-ayat tentang pengabdian manusia kepada Tuhan. Dalam kategori ini, penafsiran Al-Ghazali terlihat lebih dinamis. Sampelnya adalah ketika ia menafsirkan surat Al-Muzammil ayat 8. Ia terlihat menggunakan penafsiran tekstual yang berlandaskan pada sisi bahasa dan dukungan ayat-ayat lainnya (tafsir ayat bi al-ayat). Mujahadah dalam ayat tersebut dimaknainya sebagai upaya maksimal untuk merengkuh esensi makna tauhid sufistik. Menurutnya, makna tauhid harus diejawantahkan dalam pemikiran, amal, dan dalam pengetahuan. Ketiga, ayat-ayat tentang eskatologi (kehidupan di akhirat). Untuk ayat-ayat yang termasuk dalam kategori ini, Al-Ghazali menghindari dan bahkan menolak metode penafsiran rasional atau takwil filosofis dan sufistis. Penafsiran rasional dan takwil dianggap bid'ah. Ulasan yang bersifat filosofis dan alegoris untuk ayat-ayat kategori ini hanyalah pelengkap. Untuk menjelaskan ayat-ayat eskatologi, Al-Ghazali merekomendasikan penjelasan yang bersumber pada al-Qur'an dan Sunnah Nabi. Misalnya, ketika menafsirkan "mizan" dalam surat Al-A'raf ayat 8-19. Al-Ghazali menafsirkan kata tersebut dengan menghubungkannya dengan surat Al-Qari'ah ayat 6-11, surat Gafir ayat 17, surat Ibrahim ayat 42-44, surat Al-An'am ayat 38, dan surat Az-Zumar ayat 30-31. Setiap ayat dijelaskan dengan mengutip sejumlah Hadis Nabi yang berkaitan dengan topik tersebut. Keempat, mengenai kisah-kisah dalam al-Qur'an. Untuk kategori ini, Al-Ghazali menggunakan metode penafsiran tekstual dan kontekstual yang terakomodasi di dalamnya pola penafsiran filosofis, alegoris, dan ilmiah. Kelima, ayat-ayat tentang argumentasi dan logika al-Qur'an. Untuk kategori ini, Al-Ghazali menggunakan penafsiran tekstual dan alegoris. Hal ini dilakukannya untuk menyingkap alasan-alasan dan bukti-bukti kehalusan bahasa al-Qur'an. Di samping itu, juga untuk memberi kepuasan secara rasional dan spritual. Keenam, ayat-ayat kategori hukum (fiqih). Al-Ghazali menghindari pemaknaan ayat secara esoterik, apalagi yang mengaburkan. Pemaknaan secara eksoterik digunakan dalam kerangka untuk menjembatani antara makna hakikat dan syariat. Metode rasional sebatas komplementer karena menurutnya rasio tidak mampu mengungkap makna sebagian ibadah yang ditentukan oleh syara'.
E. Pemikiran Al-Ghazali tentang Takwil
Secara sepintas dapat dikatakan bahwa takwil termasuk sesuatu yang urgen bagi Al-Ghazali. Meskipun demikian, pemikiran Al-Ghazali mengenai takwil belum tertata secara sistematis, sehingga sulit untuk dipahami. Prisma pemikirannya tentang takwil terbaca dari fungsi takwil sebagai jembatan penghubung ilmu kulit menuju ilmu inti. Kulit di sini adalah kata-kata dalam konteks bahasa. Sementara inti adalah makna batin kata yang mendalam. Maka, untuk menembus batas-batas kulit dalam teks dan untuk masuk dalam ilmu inti harus dimulai dari tingkatan paling rendah dalam gerak menaik menuju puncak. Menyeberangi kulit menuju inti melalui takwil sepadan dengan proses mikraj imajinasi hati dari alam nyata ke alam gaib atau alam malakut. Jika transformasi dari alam nyata menuju alam malakut berlangsung dalam wilayah imajinasi, maka proses penyeberangan dari kulit teks menuju intinya juga dimungkinkan melalui imajinasi. Proses penyeberangan makna dari kulit ke intinya merupakan takwil yang pertama dalam pandangan Al-Ghazali. Sedangkan takwil yang kedua beroperasi dari metafor ke hakikat. Bagi Al-Ghazali, al-Qur'an adalah lautan. Pantainya adalah ilmu-ilmu kulit dan cangkang. Menurutnya, mereka yang tenggelam dalam bacaannya, lebih fokus pada aspek penyampaian dan ilmu-ilmu kulit, sesungguhnya ia hanya berputar-putar di pantai tanpa memperoleh apa-apa. Sebagaimana telah disinggung sekilas di atas, bagi Al-Ghazali ayat-ayat mengenai eskatologi atau tentang kehidupan di akhirat kelak tidak boleh ditakwilkan. Menakwilkan kehidupan di akhirat, seperti surga, neraka, timbangan amal, jembatan atau sirath, dengan pola penafsiran rasional ataupun sufistik adalah bid'ah.
F. Kesimpulan
Bagi Al-Ghazali, al-Qur'an adalah Kalam Allah dan sekaligus Ilmu Allah. Sebagai Kalam Allah, al-Qur'an memuat dan mencakup seluruh makna kalam-Nya. Dikarenakan Kalam Allah juga merupakan Ilmu Allah, maka berarti al-Qur'an, seturut Al-Ghazali, mencakup seluruh Ilmu Allah. Oleh sebab itu, al-Qur'an juga berperan sebagai sumber ilmu pengetahuan. Dari pandangan tersebut, kemudian Al-Ghazali menyusun sebuah penafsiran yang konfrehensif yang memadukan antara berbagai disiplin keilmuan. Tujuan penafsiran al-Qur'an adalah sebagai petunjuk bagi manusia dan supaya al-Qur'an benar-benar berfungsi dalam kehidupan manusia. Penafsiran yang ideal bagi Al-Ghazali adalah penafsiran demi kemaslahatan manusia yang melampaui sekat-sekat ideologis dan aneka sentimen aliran pemikiran dan anutan politik. Setiap upaya penafsiran mestilah diniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memperoleh keridhaan-Nya. Sedangkan pemikiran Al-Ghazali tentang takwil diarahkan untuk menelusuri makna-makna yang berada di sebalik teks. Sebab bagi Al-Ghazali, al-Qur'an ibarat lautan yang mengandung aneka mutiara menarik. Untuk memperolehnya, harus dilakukan penakwilan. Proses penakwilan menurutnya beroperasi dari kulit teks menuju intinya dan dari metafor ke hakikat. Ayat-ayat tentang eskatologi adalah di antara ayat-ayat yang tidak boleh digunakan proses penakwilan.
Bahan Pertimbangan
Abu Zaid, Nasr Hamid. Tekstualitas al-Qur'an: Kritik terhadap 'Ulumul Qur'an. Yogyakarta: LKiS, 2003 Al-Ghazali, Abu Hamid. Mukhtashar Ihya' 'Ulumuddin. Beirut: Dar al-Fikr, t.th. -----------------------------. Misykat al-Anwar. Kairo: Dar al-Qaumiyah, 1964 ------------------------------. Ihya' 'Ulumuddin. Beirut: Dar al-Fikri, 1975 ------------------------------. Jawahir al-Qur'an, cet. ke-1. Mesir: Maktabah Kurdistan al-Ilmiyah, 1975 ------------------------------. Al-Mustasyfa min 'Ilm al-Ushul. Mesir: Dar al-Fikr, 1322 H ------------------------------. Permata al-Qur'an, penyadur Syaifullah Mahyudin, cet. ke-2. Jakarta: Rajawali Press, 1987 Az-Zahabi, Muhammad Husein. Al-Tafsir wa al-Mufassirun. Beirut: Dar al-Fikr, 1982
Siapa yang tidak mengenal Napoleon Bonaparte, seorang Jendral dan Kaisar Prancis yang tenar kelahiran Ajaccio, Corsica 1769. Namanya terdapat dalam urutan ke-34 dari Seratus Tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah yang ditulis oleh Michael H. Hart.
Sebagai seorang yang berkuasa dan berdaulat penuh terhadap negara Prancis sejak Agustus 1793, seharusnya ia merasa puas dengan segala apa yang telah diperolehnya itu.
Tapi rupanya kemegahan dunia belum bisa memuaskan batinnya, agama yang dianutnya waktu itu ternyata tidak bisa membuat Napoleon Bonaparte merasa tenang dan damai. Akhirnya pada tanggal 02 Juli 1798, 23 tahun sebelum kematiannya ditahun 1821, Napoleon Bonaparte menyatakan ke-Islamannya dihadapan dunia Internasional.
Apa yang membuat Napoleon ini lebih memilih Islam daripada agama lamanya, Kristen? Berikut penuturannya sendiri yang pernah dimuat dimajalah Genuine Islam, edisi Oktober 1936 terbitan Singapura.
“I read the Bible; Moses was an able man, the Jews are villains, cowardly and cruel. Is there anything more horrible than the story of Lot and his daughters ?” “The science which proves to us that the earth is not the centre of the celestial movements has struck a great blow at religion. Joshua stops the sun ! One shall see the stars falling into the sea… I say that of all the suns and planets,…”
“Saya membaca Bible; Musa adalah orang yang cakap, sedang orang Yahudi adalah bangsat, pengecut dan jahat. Adakah sesuatu yang lebih dahsyat daripada kisah Lut beserta kedua puterinya ?” (Lihat Kejadian 19:30-38)
“Sains telah menunjukkan bukti kepada kita, bahwa bumi bukanlah pusat tata surya, dan ini merupakan pukulan hebat terhadap agama Kristen. Yosua menghentikan matahari (Yosua 10: 12-13). Orang akan melihat bintang-bintang berjatuhan kedalam laut…. saya katakan, semua matahari dan planet-planet ….”
Selanjutnya Napoleon Bonaparte berkata: “Religions are always based on miracles, on such things than nobody listens to like Trinity. Yesus called himself the son of God and he was a descendant of David. I prefer the religion of Muhammad. It has less ridiculous things than ours; the turks also call us idolaters.”
“Agama-agama itu selalu didasarkan pada hal-hal yang ajaib, seperti halnya Trinitas yang sulit dipahami. Yesus memanggil dirinya sebagai anak Tuhan, padahal ia keturunan Daud. Saya lebih meyakini agama yang dibawa oleh Muhammad. Islam terhindar jauh dari kelucuan-kelucuan ritual seperti yang terdapat didalam agama kita (Kristen); Bangsa Turki juga menyebut kita sebagai orang-orang penyembah berhala dan dewa.”
Selanjutnya: “Surely, I have told you on different occations and I have intimated to you by various discourses that I am a Unitarian Musselman and I glorify the prophet Muhammad and that I love the Musselmans.”
“Dengan penuh kepastian saya telah mengatakan kepada anda semua pada kesempatan yang berbeda, dan saya harus memperjelas lagi kepada anda disetiap ceramah, bahwa saya adalah seorang Muslim, dan saya memuliakan nabi Muhammad serta mencintai orang-orang Islam.”
Akhirnya ia berkata: “In the name of God the Merciful, the Compassionate. There is no god but God, He has no son and He reigns without a partner.”
“Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Tiada Tuhan selain Allah. Ia tidak beranak dan Ia mengatur segala makhlukNya tanpa pendamping.”
Napoleon Bonaparte mengagumi AlQuran setelah membandingkan dengan kitab sucinya, Alkitab (Injil). Akhirnya ia menemukan keunggulan-keunggulan Al-Quran daripada Alkitab (Injil), juga semua cerita yang melatar belakanginya.
Referensi: 1. Memoirs of Napoleon Bonaparte by Louis Antoine Fauvelet de Bourrienne edited by R.W. Phipps. Vol. 1 (New York: Charles Scribner’s Sons, 1889) p. 168-169. http://chnm.gmu.edu/revolution/d/612/ 2. ‘Napoleon And Islam’ by C. Cherfils. ISBN: 967-61-0898-7 http://www.shef.ac.uk/~ics/whatis/articles/napoleon.htm 3. Satanic Voices - Ancient and Modern by David M. Pidcock, (1992 ISBN: 1-81012-03-1), it states on page 61, that the then official French Newspaper, Le Moniteur, carried the accounts of his conversion to Islam, in 1798 C.E source : http://www.kebunhikmah.com/article-detail.php?artid=56
March 9th, 2011 → 9:03 am @ admin
0